PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Posted by


A. Pembelajaran Cooperative
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.



Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif, antara lain :

Examples Non Examples
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
  • Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 
  • Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui proyektor
  • Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 
  • Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 
  • Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 
  • Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 
  • Kesimpulan

Picture and Picture
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  • Menyajikan materi sebagai pengantar 
  • Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 
  • Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis 
  • Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 
  • Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 
  • Kesimpulan/rangkuman

Numbered Heads Together 
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 
  • Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 
  • Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 
  • Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 
  • Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  • Kesimpulan 

Think-Pair-Share
Langkah-langkah untuk menerapkan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) sebagai berikut :
  • Guru memberikan sebuah topic kepada siswa
  • Masing-masing siswa kemudian memikirkan jawabannya sendiri
  • Kemudian siswa berpasangan dan masing-masing pasangan mendiskusikan sebuah topik tersebut
  • Selanjutnya pasangan-pasangan tersebut berbagi pendapat dengan semua anggota kelas lainnya.
JIGSAW
Langkah-langkah untuk menerapkan pembelajaran kooperatif model JIGSAW sebagai berikut :
  • Siswa dibagi menjadi beberapa anggota kelompok secara heterogen, misalnya kelompok A, B, C dan D.
  • Masing-masing kelompok ini ditunjuk menjadi ahli (expert) tentang bidang (sub topic) tertentu dari materi, misalnya X, Y, Z dan N
  • Siswa-siswa dari kelompok A, B, C dan D yang ditunjuk expert tentang X selanjutnya berkumpul, belajar bersama tentang materi X sehingga menjadi expert tentang X. Demikian pula dengan anggota lainnya yang ditugaskan menjadi expert tentang materi lainnya.
  • Setelah diskusi dalam kelompok expert ini selesai, para ahli ini kembali ke kelompoknya semula (kelompok asal) yaitu A, B, C dan D dan memberikan penjelasan kepada anggota lainnya di dalam kelompok materi yang dikuasainya dan mendengarkan dari ahli lainnya tentang materi lainnya pula.

Student Teams-Achievment Division (STAD)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
  • Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
  • Guru menyajikan pelajaran 
  • Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 
  • Memberi evaluasi 
  • Kesimpulan


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 05:45:00

0 komentar:

Post a Comment