Kepemimpinan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain sehingga mau melakukan suatu
tindakan dengan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Mondy dan
Premeaux bahwa “leadership or leading involves influencing others to do what
the leader wants them to do”.[1] Pendapat ini berarti menekankan adanya
pengaruh yang diberikan para pemiةpin terhadap
anggota organisasi agar mereka melakukan suatu kegiatan yang diinginkan. Hal
ini salah satu cara yang ditempuh oleh manajer pada suatu organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok
sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama. Kepemimpinan
adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, orang lain agar ia menerima
pengaruh itu.[2]
Kepemimpinan harus ada jika suatu organisasi hendak berjalan efektif.
Oleh sebab itu kepemimpinan dalam organisasi adalah kepemimpinan administratif
atau kepemimpinan manajerial. Karena pemimpin dalam organisasi merupakan
manajer yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen sejak dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan
pengawasan (controling) dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efesien.
Kepemimpinan dalam organisasi disebut juga kepemimpinan kedudukan
(status leadership), dan kepemimpinan yang ada pada diri individu tanpa jabatan
disebut kepemimpinan personal (kepemimpinan pribadi). Kouzes dan Posner
menjelaskan “Leadership is relationship, one between constituent and leader
what base on mutual needs and interest”.[3] Pendapat ini menekankan bahwa
kepemimpinan itu terdiri dari adanya pemimpin (anggota) dan situasi saling
memerlukan satu sama lain.
Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-Ri’ayah,
al-imaroh, al-qiyadah, atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiliki satu makna
sehingga disebut sinonim atau murodif, sehingga kita bisa menggunakan salah
satu dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan.
Sementara itu, untuk menyebut istilah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih
memilih istilah qiyadah tarbawiyah.[4] Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting
sehingga mendapat perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan
ini, mengharuskan perkumpulan untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam
jumlah yang kecil sekalipun Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah
bersabda, “apabila tiga orang keluar bepergian, hendaklah mereka
menjadikan salah satu sebagai pemimpin”.
(HR.Abu Dawud).[5]
Model keberadaan seorang pemimpin sebagaimana terdapat dalam hadis tersebut adalah model pengangkatan. Model ini merupakan model yang paling sederhana karena populasinya hanya tiga orang. Jika populasinya banyak, mungkin saja modelnya lebih sempurna karena ada beberapa model perwujudan pemimpin. Jamal Madhi menjelaskan bahwa “hasil studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam pelaksanaan tugas adalah pemimpin yang dipilih langsung, selanjutnya pemimpin yang memenangkan suara terbanyak, lalu yang terakhir pemimpin yang diangkat.[6]
Kepemimpinan dalam defenisi di atas memiliki konotasi general, bisa kepemimpinan Negara, oraganisasi politik, organisasi social, perusahaan perkantoran, maupun pendidikan. Madhi selanjutnya menegaskan bahwa di antara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah tarbiyah atau educative leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat, dan berusaha dan membangkitkannya terkait erat dengan pemenuhan kepemimpinan pendidikan yang benar.[7]
Model keberadaan seorang pemimpin sebagaimana terdapat dalam hadis tersebut adalah model pengangkatan. Model ini merupakan model yang paling sederhana karena populasinya hanya tiga orang. Jika populasinya banyak, mungkin saja modelnya lebih sempurna karena ada beberapa model perwujudan pemimpin. Jamal Madhi menjelaskan bahwa “hasil studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam pelaksanaan tugas adalah pemimpin yang dipilih langsung, selanjutnya pemimpin yang memenangkan suara terbanyak, lalu yang terakhir pemimpin yang diangkat.[6]
Kepemimpinan dalam defenisi di atas memiliki konotasi general, bisa kepemimpinan Negara, oraganisasi politik, organisasi social, perusahaan perkantoran, maupun pendidikan. Madhi selanjutnya menegaskan bahwa di antara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah tarbiyah atau educative leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat, dan berusaha dan membangkitkannya terkait erat dengan pemenuhan kepemimpinan pendidikan yang benar.[7]
Dengan demikian, jika kita memperhatikan keadaan pendidikan Islam
sebaiknya melihat tipologi pemimpinnya. Dari tipologi pemimpin ini segera
didapatkan gambaran tentang kualitas pendidikan Islam tersebut. Ismail Raji’
Al-Faruqi menegaskan, “ pemimpin-pemimpin pendidikan di dunia Islam adalah
orang-orang yang tidak mempunyai ide, kultur, atau tujuan”.[8] Gambaran
tipologi pemimpin seperti ini melambangkan pemimpin yang pasif, jauh dari
kreativitas, solusi, inovasi, produktivitas dan lain sebagainya. Dengan
pengertian lain, pemimpin-pemimpin yang hanya secara formalitas menduduki
jabatannya sebagai pemimpin dan bekerja secara rutin meneruskan tradisi yang
telah berjalan, merupakan pemimpin yang kontraproduktif bagi kelangsungan
apalagi kemajuan lembaga pendidikan Islam.
Footnote
--------------------------------------
[1]Mondy, R. W. and Premeaux, S.H, Managemen: Concepts, Practices and Skills. (New Jersey: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs, 1995), h. 345.
[2]Hendiet Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h 1.
[3]Kouzes J. M and Posner, B. Z, Credibility, (San Francaisco: Jossey Bass Publishers, 1993), h. 11.
[4]Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 268-269.
[5]Abu Dawud Sulaiman Ibnu al-Asy’ats al-Sajistami al-Azdiy, Sunan Abi Dawud, (Indonesia: Maktabah Dahlan, tt), h. 125.
[6]Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2002), h. 14.
[7]Ibid., h. 2.
[8]Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, (Bandung: Pustaka: 1984), h. 15.
--------------------------------------
[1]Mondy, R. W. and Premeaux, S.H, Managemen: Concepts, Practices and Skills. (New Jersey: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs, 1995), h. 345.
[2]Hendiet Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h 1.
[3]Kouzes J. M and Posner, B. Z, Credibility, (San Francaisco: Jossey Bass Publishers, 1993), h. 11.
[4]Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 268-269.
[5]Abu Dawud Sulaiman Ibnu al-Asy’ats al-Sajistami al-Azdiy, Sunan Abi Dawud, (Indonesia: Maktabah Dahlan, tt), h. 125.
[6]Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2002), h. 14.
[7]Ibid., h. 2.
[8]Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, (Bandung: Pustaka: 1984), h. 15.
Sumber: http://www.terwujud.com/2012/01/pengertian-kepemimpinan-dalam.html
0 komentar:
Post a Comment