Tingkat kepercayaan diri diyakini bisa mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja. Mereka yang berpotensi untuk menjadi pemimpin adalah yang berkinerja tinggi serta memiliki inisiatif dan rasa pede(percaya diri). Tetapi, bagaimana jika rasa pede itu berlebihan?
Dalam blog Harvard Business Review, Justin Menkes, penulis buku Better Under Pressure: How Great Leaders Bring Out the Best in Themselves and Others,memaparkan tentang siapa orang yang paling layak menjadi CEO di antara para top performers di organisasi.
Menurut Justin, CEO terbaik adalah orang yang paling tidak narsis di antara para top performers. Alasannya, para narsisis umumnya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan jangka panjang. Mereka terlalu sibuk berusaha mendapatkan pengakuan. Memang, mereka ahli dalam menciptakan relasi baru, tetapi mereka kurang mampu membangun dan mempertahankannya. Karena itu, menurut Justin, para top performers yang hobi menonjolkan diri dapat dicoret dari daftar calon CEO.
Salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuannya untuk menerima pencapaian dan kesuksesan orang lain. Dan, orang narsis cenderung kesulitan melakukan hal tersebut.
Sebenarnya, perusahaan dapat saja mengangkat CEO dengan bakat narsis. Tetapi, jika hal itu ingin dilakukan, si narsis perlu diberikan bimbingan untuk dapat menerima kehebatan orang lain.
Pada dasarnya, sifat narsis dan hobi mempromosikan diri memang manjur untuk melakukan lompatan-lompatan di awal karir. Namun, menurut Justin, jika seseorang telah mencapai posisi tinggi dalam organisasi, sifat narsis justru akan merugikan dia.
Dalam bukunya, Justin menyarankan perusahaan untuk mengenali para karyawan muda yang berprestasi namun narsis. Bimbing mereka agar menjadi rendah hati. “Pupuk” mereka agar bisa menjadi pemimpin masa depan di perusahaan.
Pendapat lain tentang hubungan kemampuan memimpin dengan sifat narsis atau pede terlalu tinggi juga dilontarkan oleh Thomas Chamorro-Premuzic, profesor ahli psikologi bisnis dari New York University.
Dalam tulisannya yang juga dimuat dalam blog Harvard Business Review, sang profesor menegaskan bahwa rasa pede bisa menunjang kesuksesan karir seseorang hanyalah sebuah mitos. Ia menilai sifat kurang pede justru bisa membuat seseorang menjadi sukses. Pendapat itu dia simpulkan dari riset yang telah dia lakukan bertahun-tahun. Punya sifat rendah diri memang tidak baik, namun punya pede tinggi pun tidak akan memuluskan jalan karir seseorang.
Menurut Thomas, orang yang kurang pede justru mampu menentukan tujuan yang lebih realistis dan dapat dicapai. Ada 3 alasan yang mendukung orang-orang ini untuk sukses, yakni:
- Mereka cenderung mau mendengarkan orang lain, menaruh perhatian terhadap feedbacknegatif, serta bersikap kritis terhadap diri mereka sendiri.
- Orang-orang yang kurang pede mampu memotivasi orang lain untuk bekerja lebih keras dan melakukan lebih banyak persiapan.
- Orang yang kurang pede juga tidak mudah berubah menjadi orang yang arogan. Menurut riset lembaga survei Gallup, tulis Thomas, lebih dari 60% karyawan tidak suka atau bahkan membenci pekerjaan mereka. Dan, alasannya yang paling umum adalah karena mereka memiliki bos yang narsis.
Kesimpulannya, sifat pede bukanlah modal utama untuk sukses menjadi pemimpin. Sebaliknya, orang-orang yang kurang pede masih punya kesempatan untuk meniti karir menuju posisi puncak.
Sumber: http://qb-leadership.com/
0 komentar:
Post a Comment